Seorang guru adalah juga seorang
pendidik, dan pendidik adalah orang yang mempunyai tanggungjawab untuk
membimbing, membina sekaligus mengayomi. Pendidik tidak sama dengan
pengajar, sebab pengajar sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada
murid. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab
menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk
kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.
Tanpa pendidik, suatu bangsa tidak akan
pernah maju. Ketika Nagasaki dan Hiroshima dibom atom oleh sekutu pada
tahun 1945, seorang yang sangat diutamakan untuk selamat adalah
guru/pendidik. Hal ini ditujukan agar generasi penerus masih dapat
bertahan hidup karena memiliki sebuah harta yang paling berharga yaitu
ilmu.
Sebuah profesi yang mulia bahkan mungkin
yang paling termulia didunia adalah menjadi pengajar kebaikan(lebih
mudahnya saya sebut saja guru). Jika kita saksikan ada pejabat yang
sukses, ataupun insinyur, dokter, pengusaha ataupun profesi-profesi
lainnya, tentunya tidak akan terlepas dari sentuhan ketulusan ilmu yang
diberikan oleh seorang guru. Karena itu ilmu yang diberikan oleh guru
akan memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia, menjadi
bagian dari ibadah jariyah yang senantiasa mengalir kebaikannya baik
didunia maupun akhirat.
“Diantara amal dan kebaikan yang menyusul seseorang sesudah matinya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarluaskan, ….” (HR: Ibnu Majah, Baihaqi dan ibnu khuzaimah).
“ Barangsiapa menyeru kepada
petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang
mengikutinya, tidak sedikitpun dari pahala mereka yang berkurang. “ (HR: Muslim (2674)).
Pendidikan Islam pada zaman Nabi
Muhammad SAW merupakan prototype yang terus menerus dikembangkan umat
Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Beliau melakukan
pendidikan Islam setelah mendapatkan perintah Allah SWT dalam surat
Al-Mudatsir ayat 1-7. Menyeru berarti mengajak, dan mengajak berarti
mendidik. Beliau menyadarkan umat manusia tentang pentingnya
mengembangkan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Salah satu cara
pengembangan ilmu pengetahuannya adalah dengan mengajarkan pada umatnya
menjadi pengajar atau pendidik (mu’allim).
Profesi mulia guru adalah profesi Nabi
dan Rasul. Hakikat diutusnya para nabi dan rasul Allah adalah untuk
memberikan pengajaran kepada manusia, dengan ilmu yang bersumber pada
kitabullah, dan juga hikmah kehidupan dari teladan yang dicontohkan dari
sunnah-sunnah(kebiasaan). Keilmuan yang mereka sebarkan adalah kabar
gembira bashiran yang akan memberikan harapan dan optimisme, serta
peringatan nadziran untuk mengingatkan mereka senantiasa menjaga jalan
kehidupan di jalan yang lurus.
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ [٢:١٥١]
" Sebagaimana (Kami telah
menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul
diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. " (Al-Baqarah(2):151).
Pada dasarnya, ada 3 hal yang menjadi tugas pokok seorang Rasul sebagai pegangan bagi seorang guru/mu’allim:
1. Tilawah (membacakan ayat-ayat Allah SWT)
2. Tazkiyah (membersihkan jiwa)
3. Ta’lim (mengajarkan Al-Qur’an dan As-sunnah)
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ [٦٢:٢]
“Dialah yang mengutus kepada kaum
yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Jumuah(62):2).
Dalam mendidik, pendidik hendaknya dapat menempatkan dirinya sebagai guru yang berkarakter sebagai:
1. Perencana
2. Inisiator
3. Motivator
Namun dalam profesinya, beragam sikap
dan perilaku yang dilakukan guru dalam menyikapi profesinya. Paling
tidak ada empat potret bagaimana guru menjalani profesinya.
Potret Pertama
Ada diantara orang yang berprofesi guru
menganggap pekerjaannya hanyalah untuk sumber kehidupan dan mencari
keuntungan materi. Mereka menjalani aktifitas kesehariannya untuk
mengajar dan mendapatkan reward gaji untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Tanpa ada perasaan bertanggung jawab, dalam benak mereka apa yang
mereka ucapkan dan apa yang mereka tuliskan hanyalah untuk imbalan
materi, tidak lebih.
Potret Kedua
Sebagian orang berprofesi guru dengan
menganggap profesionalisme guru adalah bagaimana mereka memberikan
materi pengajaran yang isinya hanyalah teori, rumus dan beragam
komposisi sesuatu. Dalam benak mereka ilmu adalah huruf dan angka, untuk
dihafalkan atapun dihitung. Mereka mengajar dengan acuh tak acuh
seperti halnya berbicara pada batu, jauh dari makna dan realita.
Potret Ketiga
Sedangkan yang lain adapula orang yang
berprofesi guru karena terpaksa. Mungkin karena tidak ada pekerjaan
lain, ataupun ada kesempatan buta mereka mengambil profesi guru. Orang
bilang tiada rotan akarpun jadi, demikian mereka menjalani profesi
sebagai guru, yang pada akhirnya mereka ogah-ogahan menjalani profesinya
dengan datang dan menyampaikan ilmu seenaknya tanpa terbersit ada
tanggung jawab dari apa yang diajarkan.
Potret Keempat
Dari potret sebelumnya, walaupun
memiliki variasi perbedaan sikap akan profesi sebagai guru, namun
kesemuanya memiliki hakikat yang sama yaitu melalaikan dan mencampakkan
tanggung jawabnya sebagai guru. Adapun guru yang kita idamkan adalah
guru yang senantiasa optimis dalam menjalankan profesinya, mereka
bertanggung jawab akan tugas mengajar dan mendidiknya sebagai bagian
dari haknya memperoleh rizki yang halal. Mereka pun memiliki misi
bahwasanya guru adalah profesi mulia, untuk meneladani tugas para nabi
dan rasul, dalam berbakti dan memberikan pelayanan kepada umat, untuk
mencetak generasi tunas muda yang memberikan harapan bagi kebaikan
agama, bangsa dan negaranya.
Mungkin banyak sekali kekhilafan
diantara kita yang telah menjalani profesi sebagai guru, yang terkadang
masih banyak kewajiban-kewajiban sebagai konsekuensi profesi kita, telah
kita tinggalkan. Namun kita yakin harapan itu masih ada…, marilah kita
berbenah. Allah telah memilih kita, memberikan kita jalan yang lapang
dan mulia dengan profesi ini, kemajuan bangsa dan negara ini ada
dipundak kita.
0 komentar:
Posting Komentar