Senin, 06 Oktober 2014

Seorang guru adalah juga seorang pendidik, dan pendidik adalah orang yang mempunyai tanggungjawab untuk membimbing, membina sekaligus mengayomi. Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.
Tanpa pendidik, suatu bangsa tidak akan pernah maju. Ketika Nagasaki dan Hiroshima dibom atom oleh sekutu pada tahun 1945, seorang yang sangat diutamakan untuk selamat adalah guru/pendidik. Hal ini ditujukan agar generasi penerus masih dapat bertahan hidup karena memiliki sebuah harta yang paling berharga yaitu ilmu.
Sebuah profesi yang mulia bahkan mungkin yang paling termulia didunia adalah menjadi pengajar kebaikan(lebih mudahnya saya sebut saja guru). Jika kita saksikan ada pejabat yang sukses, ataupun insinyur, dokter, pengusaha ataupun profesi-profesi lainnya, tentunya tidak akan terlepas dari sentuhan ketulusan ilmu yang diberikan oleh seorang guru. Karena itu ilmu yang diberikan oleh guru akan memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia, menjadi bagian dari ibadah jariyah yang senantiasa mengalir kebaikannya baik didunia maupun akhirat.
“Diantara amal dan kebaikan yang menyusul seseorang sesudah matinya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarluaskan, ….” (HR: Ibnu Majah, Baihaqi dan ibnu khuzaimah).
“ Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak sedikitpun dari pahala mereka yang berkurang. “ (HR: Muslim (2674)).
Pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW merupakan prototype yang terus menerus dikembangkan umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Beliau melakukan pendidikan Islam setelah mendapatkan perintah Allah SWT dalam surat Al-Mudatsir ayat 1-7. Menyeru berarti mengajak, dan mengajak berarti mendidik. Beliau menyadarkan umat manusia tentang pentingnya mengembangkan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Salah satu cara pengembangan ilmu pengetahuannya adalah dengan mengajarkan pada umatnya menjadi pengajar atau pendidik (mu’allim).
Profesi mulia guru adalah profesi Nabi dan Rasul. Hakikat diutusnya para nabi dan rasul Allah adalah untuk memberikan pengajaran kepada manusia, dengan ilmu yang bersumber pada kitabullah, dan juga hikmah kehidupan dari teladan yang dicontohkan dari sunnah-sunnah(kebiasaan). Keilmuan yang mereka sebarkan adalah kabar gembira bashiran yang akan memberikan harapan dan optimisme, serta peringatan nadziran untuk mengingatkan mereka senantiasa menjaga jalan kehidupan di jalan yang lurus.

                كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ [٢:١٥١]
" Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. " (Al-Baqarah(2):151).
Pada dasarnya, ada 3 hal yang menjadi tugas pokok seorang Rasul sebagai pegangan bagi seorang guru/mu’allim:
1.    Tilawah (membacakan ayat-ayat Allah SWT)
2.    Tazkiyah (membersihkan jiwa)
3.    Ta’lim (mengajarkan Al-Qur’an dan As-sunnah)

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ [٦٢:٢]
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Jumuah(62):2).
Dalam mendidik, pendidik hendaknya dapat menempatkan dirinya sebagai guru yang berkarakter sebagai:
1.    Perencana
2.    Inisiator
3.    Motivator
Namun dalam profesinya, beragam sikap dan perilaku yang dilakukan guru dalam menyikapi profesinya. Paling tidak ada empat potret bagaimana guru menjalani profesinya.
Potret Pertama
Ada diantara orang yang berprofesi guru menganggap pekerjaannya hanyalah untuk sumber kehidupan dan mencari keuntungan materi. Mereka menjalani aktifitas kesehariannya untuk mengajar dan mendapatkan reward gaji untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Tanpa ada perasaan bertanggung jawab, dalam benak mereka apa yang mereka ucapkan dan apa yang mereka tuliskan hanyalah untuk imbalan materi, tidak lebih.
Potret Kedua
Sebagian orang berprofesi guru dengan menganggap profesionalisme guru adalah bagaimana mereka memberikan materi pengajaran yang isinya hanyalah teori, rumus dan beragam komposisi sesuatu. Dalam benak mereka ilmu adalah huruf dan angka, untuk dihafalkan atapun dihitung. Mereka mengajar dengan acuh tak acuh seperti halnya berbicara pada batu, jauh dari makna dan realita.
Potret Ketiga
Sedangkan  yang lain adapula orang yang berprofesi guru karena terpaksa. Mungkin karena tidak ada pekerjaan lain, ataupun ada kesempatan buta mereka mengambil profesi guru. Orang bilang tiada rotan akarpun jadi, demikian mereka menjalani profesi sebagai guru, yang pada akhirnya mereka ogah-ogahan menjalani profesinya dengan datang dan menyampaikan ilmu seenaknya tanpa terbersit ada tanggung jawab dari apa yang diajarkan.
Potret Keempat
Dari potret sebelumnya, walaupun memiliki variasi perbedaan sikap akan profesi sebagai guru, namun kesemuanya memiliki hakikat yang sama yaitu melalaikan dan mencampakkan tanggung jawabnya sebagai guru. Adapun guru yang kita idamkan adalah guru yang senantiasa optimis dalam menjalankan profesinya, mereka bertanggung jawab akan tugas mengajar dan mendidiknya sebagai bagian dari haknya memperoleh rizki yang halal. Mereka pun  memiliki misi bahwasanya guru adalah profesi mulia, untuk meneladani tugas para nabi dan rasul, dalam berbakti dan memberikan pelayanan kepada umat, untuk mencetak generasi tunas muda yang memberikan harapan bagi kebaikan agama, bangsa dan negaranya.
Mungkin banyak sekali kekhilafan diantara kita yang telah menjalani profesi sebagai guru, yang terkadang masih banyak kewajiban-kewajiban sebagai konsekuensi profesi kita, telah kita tinggalkan. Namun kita yakin harapan itu masih ada…, marilah kita berbenah. Allah telah memilih kita, memberikan kita jalan yang lapang dan mulia dengan profesi ini, kemajuan bangsa dan negara ini ada dipundak kita.

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Unordered List

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget